PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR BELAJAR PAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
TALKING STICK DAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS
IV DI MADRASAH IBTIDAIYAH AL-HIJRAH SEJANGKO
Diajukan Kepada Program Studi Kualifikasi SI
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Qur’an Al-Ittifaqiyah (STITQI)
Utuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Penelitian Proposal Dan Praktek Penelitisn
Oleh:
MARWIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
AL-QURAN AL-ITTIFAQIYAH
(STITQI) INDRALAYA SUMATERA SELATAN
OGAN ILIR
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR BELAJAR PAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
TALKING STICK DAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V
DI MADRASAH IBTIDAIYAH AL-HIJRAH SEJANGKO
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan peranan
seorang guru sangatlah penting tidak hanya sebagai pemberi materi saja namun
seorang guru harus mampu memotivasi siswanya supaya semangat dalam belajar.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai movasi belajar. Oleh
karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh
hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi
belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif sejauh
yang saya ketahui untuk menimbulka motivasi siswa dalam belajar tidak bisa
hanya menggunakan metode ceramah dan mencatat penjelasan dari guru saja karena
hal tersebut sudah umum digunakan oleh guru-guru dan itu bisa membuat siswa
merasa bosan dan mengantuk dalam belajar.
Dalam upaya memberikan motivasis,
guru dapat menganalisi motif-motif yang melatar belakangi anak didik malas
belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Motivasi dapat efektif di lakukan
dengan memperhatikan kebutuhan anak didik. Penganeka ragaman cara belajar memberikan
penguatan dan sebagainya, juga dapat memeberikan motivasi pada anak didik untuk
lebih bergairah dalam belajar.[1]
Dan menurut saya seorang guru juga bisa menggunakan metode dan media yang
menyenangkan dalam proses belajar mengajar.
Motivasi atau motif adalah segala
sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Atau
seperti dikatakan oleh sertain dalam bukunya “spychology Understanding of
Human Behavior”, motif ialah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu
organisasi yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan.[2]
Dalam soal belajar, motivasi sangatlah penting. Motivasi adalah
syarat mutlak dalam belajar. Sering kali terdapat anak yang malas, suka
membolos dan sebagainya. Dalam hal demikian berarti bahwa guru tidak berhasil
memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar ia bekerja dengan segenap
tenaga dan pikirannya.
Pendidikan Agama Islam (PAI)
merupakan salah satu diantara mata pelajaran yang pokok bahsannya menyakup
fiqih, alquran hadist, aqidah dan lain sebagainya di Madrasah Itidahyah yang
penulis teliti, tetapi banyak siswa yang masih kurang memahami materi yang di
berikan itu karena dalam proses pembelajaran tidak ada yang membuat siswa
tersebut termotivasi dalam belajar. Untuk memotivasi siswa tersebut seorang
guru bisa menerapkan salah satu metode pembelajaran seperti metode talking
stick dan media gambar.
Metode Talking Stick adalah proses
pembelajaran dengan bantuan tongkat yang berfungsi sebagai alat untuk
menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan. Pembelajaran dengan metode
Talking Stick bertujuan untuk mendorong siswa agar berani mengemukakan
pendapat. Metode pembelajaran Talking Stick dalam proses belajar mengajar di
kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat
yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya. tongkat di gilirkan dengan iringgan musik atau bisa juga dengan
nyayian yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang sedang dibahas hal itu
bisa di kreasikan oleh guru sendiri untuk lebih menariknya lagi guru bisa
menambah an media gambar untu lebih menarik minat siswa tersebut dan
memperjelas maksud dari pernyaan-pertanyaan yang di berikan sehingga dalam
proses belajar mengajar tersebut menyenangkan, termtivasi untuk belajar dan
menyukai pelajaran tersebut serta tidak terhindar dari kebosanan dalam proses
belajar.
Oleh karena itu kreatifitas seorang guru dalam
mengajar pendidikan agama islam (PAI) menjadi faktor penting agar PAI menjadi
pelajaran yang menyenangkan dan menarik dalam kelas. Kenyataannya seorang guru
penerapkan pembelajaran hanya dengan mnggunakan metode ceramah dalam
menjelaskan materi setelah itu siswa mencatat apa yang di ajarakan atau
mngejarkan tugas dari guru tersebut setelah materi diajarkan tidak ada variasi
dalam mengajar hal tersebut cenderung monoton dan kurang diminati serta membuat
siswa menjadi bosan.[3]
B.
Identifikasi
Masalah
Hasil observasi pertama yang
dilakukan penulis melihat bahwa ada sebagian siswa yang tidak konsen dalam
belajar dan merasa bosan karena hanya dengan mendengarkan saja dan tidak ada
kegiatan yang menarik dalam proses belajar. Dalam menerapakan metode talking
stick dan media gambar mampu mengatasi permasalahan tersebut dalam proses
pembelajaran PAI di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah al hijrah Sejangko untuk
menarik minat siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa jika
dapat menerapkan metode dan media tersebut.[4]
Untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa tersebut, penulis menemukan metode pengajaran serta media gambar yang
efektif dan menarik minat peserta didik, penulis berupaya meneliti peranan guru
sebagai motivasi untuk meningkatkan prestasi belajar dengan menggunakan metode
talking stick dan media gambar.
C.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah
di atas selanjutnya diarahkan pada perumusan masalah sebagai berikut:
Apakah peran guru sebagai motivator
dengan penerapan metode talking stick dan media gambar dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas V MI Al
Hijrah Sejangko .
D.
Tujuan
penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis peranan guru sebagai motivator belajar PAI dengan menggunakan
metode talkig stick dan media gambar dalam meninggkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Hijrah
Sejangko.
E.
Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1.
Manfaat
penelitian bagi siswa , penelitian ini dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan agama islam. Selain itu, penelitian
ini dapat menarik minat peserta didik dalam belajar dan mengurangi kebosanan
dalam belajar maupun menciptakan pembelajaran yang menyenangkan melalui
penerapan metode talking stick dan media gambar.
2.
Bagi
guru, penelitian ini dapat membantu guru sebagai motivator dalam menumbuhkan
motivasi belajar bagi siswa dan memperbaiki metode pembelajaran dalam belajar
pendidikan agama islam, sebagai masukan untuk meningkatkan minat dan perhatian
iswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama islam, meningkatkan kreatifitas
guru dalam menyampaikan pembelajaran.
3.
Hasil
penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menapatkan metode dan media yang
mendukung dalam memacu siswa guna meningkatkan hasil belajar pada mata
pelajaran PAI.
4.
Hasil
penelitian ini juga diharapka bermanfaat dan dijadikan acuan metode dan media
pengajaran yang efektif dalam pembinaan dan peningkatan kemampuan siswa pada
mata pelajaran PAI.
F.
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan uraian di atas,
dilakukan hipotesis tindakan yaitu: peran guru sebagai motivator dengan
menggunakan metode talking stick dan media gambar dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Al Hijrah Sejangko.
G.
Kerangka
Teoritis
Secara umum guru mempunyai peranan
ganda sebagai pengajar dan pendidik. Kedua peranan tersebut bisa dilihat
perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan, tugasutama sebagai pendidik adalah
membantu men-dewasakan peserta didik. Dewasa secara psikologis, sosial, dan
moral. Selain sebagai pendidik dan pengajar guru juga mempunyai peranan sebagai
pembimbing dan sebagai motivator.[5]
Motivasi memang peranan penting
dalam belajar. Keberhasilan siswa dalam belajar bukan hanya ditentukan oleh
kemampuan intelektual, tetapi juga oleh segi-segi efektif terutama motivasi.
Dalam mem-bangkitkan motivasi belajar para siswa guru perlu memperhatikan
beberapa hal.
1.
Lebih
banyak memberikan penghargaan atau pujian dari pada hukuman, sebab siswa lebih
termotivasi oleh hal-hal yang me-nyenamgkan dari pada hal yang menyakitkan,
2.
Terhadap
pekerjaan-pekerjaan siswa sebaiknya guru memberikan komentar tertulis , dan
haya jangan memberikan komentar lisan,
3.
Pendapat
dari teman-teman sekelas lebih memberikan motivasi yang kuat dari pada pendapat
dari guru
4.
Strategi
atau metode mengajar yang sesuai dengan minat siswa akan lebih membangkitkan
motivasi belajar,
5.
Guru
hendaknya banyak menekankan pelajaran kepada kenyataan, sebab hal nyata lebih
membangkitkan motivasi dibanding yang bersifat teori.[6]
Dari uraian ini
dapat dianalisis bahwasannya peranan seorang guru pada umumnya segai pengajar
dan pendidik, selain sebagai penengajar dan pendidik guru juga berperan sebagai
pembimbing dan motivator bagi siswa.
Mc Donald
memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di
dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh efektif dan reaksi-reaksi dalam
usaha mencapai tujuan. Berbeda dengan James O. Whitter yang memberikan
pengertian secaa umum mengenai penggunaan istilah “motivasion” di bidang
psikologi. Ia mengatakan, bahwa motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan
yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada mahkluk untuk bertingkah laku
mencapai tujuan yang ditimbulakan oleh motivasi tersebt. Apa yang di kemukakan
Whitteker ini, berlaku secara umum baik kepada manusia dan hewan.[7]
Para ahli
berpendapat bahwa motivasi perilaku manusia berasal dari kekuatan mental umum,
isting, dorongan, kebuthan, proses kognitif, dan interaksi.[8]
Dalam islam, motivasi diakui berperan penting dalam belajar. Sebab seseorang
bila mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan tertentu dan didukug
oleh kondisi yang ada, maka ia akan mencurahkan segenap upaya yang di perlukan
untuk mempelajari metode-metode yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut,
teknik-teknk motivasi dalam Al-Qur’an mencakup tiga bentuk, yaitu : janji dan
ancaman, kisah, pemanfaatan peristiwa penting.[9]
Untuk
memotivasi siswa dalam rangka memaksimalkan diterima-nya suatu pengetahuan
kepada siswa, maka diperlukan suatu cara, langkah, atau juga seni dalam
menyampaikan pelajaran. Seni menyampaikan pelajaran atau pengetahuan dalam
pendidikan ini biasa disebut dengan keterampilan seni mengajar. Karena dalam
mengajar membutuhkan seni, maka keterampilan dan keahlian berbicara, dan
menggunakan segala media untuk menyampaikan pengetahuan mutlak diperlukan.
Dalam dunia pendidikan, apa yang disebut dengan seni dan cara mengajar atau
men-didik ini biasa disebut dengan metode atau juga model belajar-mengajar yang
didalamnya memuat tentang teknik mengajar, tujuan, dan manfaat trategi yang didapatkan.
Apa yang diinginkan dari teknik pembelajaran ini sebenarnya tidak jauh dari
upaya pengembangan potensi siswa.
Dalam konsep
kompetensi yang kemudian melahirkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
beberapa tahun lalu, kita menemukan rumusan konseptual kompetensi, yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan (knowledge), pengertian (understanding),
keterampilan (skills), nilai (value), dan minat (interest).
Lima muatan pengajaran dengan konsep kompetensi ini dimaksudkan untuk mengembangkan
tiga potensi pen-didikan di dalam diri manusia yaitu: kognitif, afektif, dan
psikomotorik.[10]
Sedangkan Talking
Stick(tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh
penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan
pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku), sebagaimana dikemukakan
Carol Locust berikut ini. Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad
oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak.
Talking stick merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif. Menurut Kauchack
dan Eggen dalam Azizah, pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan.[11]
Adapun metode
ini memberikan pengalaan belajar yang menyenagkan, menigkatkan motivasi,
kepercayaan diri yang mana pendekatan tersebut ditujukan untuk memunculkan
emosi dan sikap positif belajar dalam
proses belajar mengajar yang berdampak pada penigkatan kecerdasan otak. Jadi
penulis dapat menyimpulkan metode talking stick adalah sebuah metode pendidikan
yang dilaksanakan dengan cara memberikan kebebasan kepada pserta didik untuk
dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa sejauh mungkin menghindari
unsur-unsur perintah dan paksaan dalam menumbuhkan dan mengembngkan rasa percay
diri dalam belajar.
Untuk membuat
pembelajaran lebih menarik lagi seorang guru juga bisa menggunakan media-media
yang dapat menarik minat siswa untuk belajar misalkan dengan menggunakan media
gambar biasanya seorang peserta didik malas membaca buku-buku yang hanyak teks
saja tanpa ada gambar karena hal tersebut membuat peserta didik merasa jenuh
untuk lebih jelas lagi penulis akan memberikan penjelasan mengenai media
gambar. Sebelum membahas pengertian media pembelajaran kita harus mengetahui
terlebih dahulu apa itu media, kata “media” berasal dari bahasa Latin
dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah
berarti “perantara atau pengatur”. Dengan demikian media merupakan wahana
penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Jadi dapat dipahami bahwa media
pembelajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur
pesan guna mencapai tujuan pengajaran.[12]
Hamalik
mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar
dapat membagkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa.[13]
Kesimpulannya,
bagi seorang guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya sekedar sebagai pengajar
dan pendidik, namun guru juga mempunyai peranan sebagai pembimbing dan
motivator siswa, untuk membangkitkan motivasi siswa seorang guru bisa
menggunakan metode talking stick dan media gambar.
H.
Tinjauan
Pustaka
Tinjuan pustaka merupakan uraian yang
sistematis tentang hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yang
telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dan hubungannya peneliti yag akan
dilakukan.
Metode yang paling
baik di dalam pengajaran adalah metode yang akan mengantar kita sampai ketujuan
kita dengan jalan paling singkat, dengan tenaga yang hemat dan tidak menjadikan
siswa terlalu susah dan tidak membosankan siswa.
Hasil penelitian Sustina (2014) yang
bejudul “ Peranan Metode pembelajaran Talking Stick Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas VIII Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di MTS
Tarbiyatussiyan Talang Seleman”,[14]
Menyatakan terdapat hasil hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak
kelas VIII di MTS Tarbitussibyan Desa Talang Seleman dengan menggunakan Metode
pembelajaran talking stick.
Menurut penilitian
Fahriza yuniarrisqa (2011) yang berjudul “ Penerapan Metode pembelajaran Talking
Stick melalui media gambar untuk meningkatka aktifitas dan hasil belajar
siswa mata pelajaran IPS dengan tema kegiatan jual beli di kelas III SDN Jember
Lor 02”, menyatakan bahwa aktivitas belajar siswa terbukti meningkat, jadi
pembelajaran melalui motode pembelajaran talking stick melalui media gambar dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar
siswa kelas III pada mata pelajaran IPS dengan tema kegiatan jual beli di SDN
Jember Lor 02.[15]
Kemudian hasil penelitian Rini Puji
Lestari (2009) yang berjudul “ Penggunakan media gambar guna
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS kelas II SDN 2 Mojo
Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.” Dijelakan bahwa pemebalajaran IPS di SDN
2 Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali yang menggunakan media gambar dapat
mengaktifkan siswa sehimgga pembelajaran menjadi meningkat dan prestasi belajar
menjadi lebih baik.[16]
Berdasarkan penelitian di atas dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode talking stick dan media gambar
terbukti berpengaruh terhadap prestasi belajar dan peningkatan hasil belajar
siswa menjadi lebih baik.
I.
Metodologi
Penelitian
1.
Jenis
dan Sumber Data
a.
Jeis
Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data
kualitatif. Data-data tersebut berkaitan dengan data-data tentang penerapan
metode talking stick , keadaan siswa yang dijadikan informan penelitian,
keadaan guru, dan data yang berkaitan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh
para ahli berkaitan dengan metode talking stick.
b.
Sumber
Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber primer dan
sekunder. Sumber primer yakni data diperoleh dari guru dan siswa yang dijadikan
objek penelitian. Sedangkan sumber sekunder data-data penunjang yang diperoleh
dari kepala Madrasah melalui wawancara dan sumber-sumber teoritis yang
diperoleh dari informasi literatur.
2.
Informan
Penelitian
Adapun dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitiannya
adalah seluruh siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al Hijrah Sejangko yang
bejumlah 00 orang siswa.
3.
Teknik
Pengumpulan Data
a.
Sumber
data dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al Hijrah
Sejangko, guru, kepala sekolah, dan sumber-sumber teoritis yang diperoleh dari
informasi literatur.
b.
Jenis
data dalam penelitian ini yaitu data hasil belajar berupa kemampuan siswa kelas
V MI Al Hijrah Sejangko, data proses pembelajaran yang di lakukan peneliti dan
kolaborator
c.
Dalam
penelitian ini penulis mengunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu pertama,
yaitu dengan cara ovservasi cara belajar siswa, kedua teknik tes ini
digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai prestasi belajar peserta didik.
Pelaksanaan tes ini dilakukan dalam tindakan terhadap mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam kelas V MI Al Hijrah Sejangko.
4.
Rancangan
Penelitian
a.
Perencanaan
Adapun perencanaan tindakan penelitian sebelum tindakan dilakukan
yang haarus dilakukan adalah sebagai berikut :
1)
Mengidentifikasi
masalah
2)
Mengadakan
tes
3)
Menyiapkan
materi pembelajaran
4)
Menyiapkan
media
5)
Menyiapkan
alat evaluasi
Selanjutnya
dalam perencanaan dilakukan beberapa hal, yakni pertama, mengamati
pelaksanaan proses pembelajaran oleh observasi/teman sejawat mengenai kemampuan
anak dalam memahami, kebiasaan anak dalam belajar, kemampuan dalam memahami
materi pelajaran. Kedua, membuat perencanaan pembelajaran. Ketiga guru
melakukan apersepsi. Keempat, menentukan materi pembelajaran. Kelima,
membuat lembar tes. Keenam, membuat lembar observasi, wawancara.
b.
Pelaksanaan
Tindakan
Adapun tindakan yang akan dilakukan dalam rangka meningkatkan
prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut :
Guru
memulai dengan mengucapkan salam, meyiapka siswa dan melakukan apersepsi,
menyiapkan meteri pelajaran dan me-nyampaikan pada siswa, selanjutnya memberikan kesempatan siswa untuk
memahami materi yang disampaikan.
Selanjutnya penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Satu
siklus terdiri dari beberapa tindakan yang variatif. Pelaksanaan tindakan yang
variatif. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan serangkaian
pemebelajaran dengan tahap-tahap sebagai berikut : pendahuluan, kegiatan inti,
penutup.
Pada tahap ini dilakukan dengan beberapa kali pertemuan, yaitu
mengamati pelaksanaan proses pembelajaran oleh peneliti mengenai kemampuan anak
dalam membaca, memahami materi, kebiasaan dalam belajar, dan kemampuan dalam
bekerja sama. Pada proses penelitian selanjutnya, melalui dua tahapan yakni
pengamatan dan refleksi. Adapun kegiatan yang di lakukan dalam tahap ini
sebagai berikut :
1)
Pengamatan
(Observasi)
Pengamatan awal yang dilakukan adalah mengamati kebiasaan-kebiasaan
siswa dalam belajar terutama kaitanyya dengan keterampilan siswa dalam membaca,
memahami materi yang disampaikan, kesulitan siswa dalam belajar, kemampuan
siswa dalam berkonikasi dan bekerjasama dengan kelompok. Dari pengamatan awal
ini penulis mendapat data hanya 40% dari siswa kelas V yang memiliki kemampuan
belajar dengan baik itupun terhadap siswa yang memang sudah berprestasi
(mendapat rangking) di kelasnya. Oleh karena itu saya terdorong untuk
mengetahui apakah yang menyebabkan hal itu terjadi dan bagaimana jalan kelauarnya.
2)
Refleksi
Untuk mengetahui secara mendalam mengenai penyebab dan jalan keluar
gua untuk meningkatkan pretasi belajar siswa, maka ada beberapa faktor/variabel
yang perlu direfleksikan yakni :
a)
Faktor
siswa yaitu dengan melakukan pendekatan dan pengamatan kepada siswa untuk
mempelajari kebiasaan siswa dalam belajar dengan teknik pengumpulan data
melalui mempelajari kebiasaan siswa dalam membaca, menulis, dan tingkat
kemampuan siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru, kemampuan
bekerjasama dalam kelompok, keterampilan dan kecepatannya dalam belajar.
b)
Faktor
guru yaitu dengan cara mengevaluasi cara guru
mengajar, cara menerapka metode pembelajaran, serta pemberian motivasi
terhadap siswanya di kelas pada Mata Pelajaran PAI .
5.
Analisa
Data
Untuk menganalisa data ini peneliti menggunakan teknik deskriptif
kuantitatif, yakni dengan menetapkan secara kuantitatif tentag kemampuan
awal dan peningkatan prestasi belajar siswa melalui teknik pre-tes dan pos-tes
pada Mata Pelajaran PAI. Analisa deskriptif kuantitatif ini menggunakan rumus :
P
Selanjutnya dilakukan verifikasi dengan wawancara untuk mengetahui
secara langsung peningkatan prestasi belajar melalui penerapan metode talking
stick dan media gambar pada Mata Pelajaran PAI.
J.
Sistematika
penelitian
Bab pertama, pendahuluan. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis
tindakan, kerangka teori, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan
sistematika penelitian.
Bab kedua, Landasan Teori. Pada bab ini berisi teori yang relevan tentang metode talking
stick, media gambar, prestasi siswa, kerangka pemikiran
Bab ketiga, Kondsi Objektif MI Al
Hijrah Sejangko; terdiri dari
sejarah singkat dan letak geografis, visi, misi, dan tujuan MI Al Hijrah
Sejangko, mantan kepala sekolah, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan karyawan,
keadaan fasilitas, struktur organisasi, deksripsi proses pembelajaran dan
kurikulum yang diterapkan.
Bab keempat, Hasil Penelitian. Dalam bab ini diuraikan tentang peran guru sebagai motivator,
metode talking stick dam media gambar, penyajian data, analisis data tentang
penerapan metode talking stick dan media gambar terhadap meningkatkan prestasi
belajar siswa MI Al Hijrah Sejangko.
Bab kelima, Penutup. Dalam ini berikan kesimpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid dan Dian Andayani. 2005. Pendidikan Agama Islam
Berbasis Kompetensi. Bandung.
Remaja Rosdakarya
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta. Grafindo
Persada
Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta.
Rineka cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan anak didik dalam
interaksi edukatif.
Jakarta. Rineka Cipta.
Isjoni. Cooperativ Learning. 2010. Bandung. Alfabeta.
Khodijah, Nyayu. 2011. Psikologi Pendidikan. Palembang.
Grafika Telindo
Press.
Lestari, Rini Puji. 2009. Penggunakan media gambar guna
meningkatkan keaktifan
siswa dalam pembelajaran IPS kelas II SDN 2 Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Mojo.
Purwanto, Ngalim. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung.
Remaja Rosda Karya.
Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi pendidikan landasan kerja
pemimpin pendidikan. Jakarta.
Rineka Cipta.
Sukmadinata, Nana Saodih. 2005. Landasan psikologi proses
pendidikan. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Sustina. 2014. Peranan Metode pembelajaran Talking Stick Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas VIII Pada Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak Di MTS Tarbiyatussiyan Talang Seleman. Indralaya:
STITQI.
Fahriza, Yuniarisqa. 2012. Penerapan
Metode pembelajaran Talking Stick
melalui media gambar untuk meningkatka aktifitas dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS
dengan tema kegiatan jual beli di
kelas III SDN Jember Lor 02. Jember: FKIP Jember.
[1] . syaiful bahri
djamarah. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, Rineka cipta ,
Jakarta , 2005, Hal.45
[3]
. Wawancara dengan ibuk Muttarinah (salah satu guru di Madrasah Ibtidaiyah Al-
Hijrah sejangko) pada tanggal 2 April 2016.
[4]
Observasi pada tanggal 2 April 2016
[5] . Nana
Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 252
[6] . Ibid.,hlm.265
[7] . Wasty
Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hlm 203-205
[8] .
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,
2009), hlm 84
[9] . Nyayu
Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Palembang: Grafika Telindo Press,
2011), hlm 178-179
[10]
. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),
hlm 51-52
[11] . Isjoni, cooperative
Learning,(Bandung: Alfabeta,2010), hlm 18
[12] . Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2010), hlm 120-121
[13] . Azhar Arsyad, Media
Pembelajaran, (Jakarta: Jakarta Grafindo Persada, 2007), hlm 18
[14] .
Sustina, Peranan
Metode pembelajaran Talking Stick Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Di MTS Tarbiyatussiyan Talang Seleman, (Indralaya: STITQI, 2014)
[15] .
Fahriza Yuniarisqa, Penerapan Metode pembelajaran Talking Stick melalui media gambar
untuk meningkatka aktifitas dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS dengan
tema kegiatan jual beli di kelas III SDN Jember Lor 02, (Jember, FKIP
Jember, 2012)
[16] . Rini
Puji Lestari, Penggunakan
media gambar guna meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS
kelas II SDN 2 Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. (Mojo, 2009)